Print this article
Review Artikel
Artikel Chapter 2 tersebut menjelaskan bahwa tragedi 9/11 2001 yang terjadi di AS telah merubah konten pemberitaan media masa dimana terorisme dijadikan sebagai “produk” berita [andalan] yang paling banyak ditayangkan media pada publik. Serangan teroris tersebut menjadi perhatian media dengan diliput berkali-kali pada publik AS dan berusaha menggiring opini publik yang mengarah pada kecaman terhadap aksi terorisme, celakanya aksi tersebut diidentikkan dengan dunia Arab yang dianggap sebagai basis dan markas “produksi” terorisme. Sementara itu, media tidak meliput aksi anti-AS diluar negeri pada publik AS–terkait dengan tuntutan tanggung jawab pemerintah AS terhadap korban 9/11 2001, ternyata mereka berusaha menggiring publik pada realitas-media yang partikular dimana terorisme merupakan tindakan yang berlawanan dengan prinsip kebebasan AS.
Di sisi lain, kelompok teroris memperoleh keuntungan dengan diliputnya aksi teror mereka oleh media, yaitu ide dan ideologi serta teror mereka dapat tersebar secara mudah sehingga tujuan mereka untuk menebar teror dan ketakutan pada publik tercapai. Hal ini karena pemberitaan yang dilakukan oleh media seringkali fulgar dengan menayangkan proses kejadian dan videotape teroris tanpa ada proses editing. Selain itu, media juga memanfaatkan terorisme sebagai produk berita mereka pada publik dimana tindakan kekerasan dan teror merupakan “good news” dan hal yang digandrungi publik daripada berita mengenai perdamaian dan charity. Akibatnya, terorisme kemudian menjadi breaking atau headline news semua media AS. Hal ini telah membuat media memiliki dua wajah yang berlainan yaitu sebagai Villain sekaligus Hero. Villain, karena pemberitaan yang dilakukan media masa secara langsung telah memberikan akses bagi para teroris untuk menyebarkan ide atau ideologi pada publik sekaligus membantu teroris menebar teror dan ketakutan pada masyarakat. Terlebih media dapat bertindak sebagai determinator dan agenda setter terhadap kebijakan pemerintah maupun terkadang sebagai alat propaganda [“humas”] pemerintah. Hero, karena media juga berkontribusi dalam menguak skandal politik eksekutif dan hal-hal lain serta informasi yang diperlukan publik.
Media merupakan alat yang paling tepat bagi teroris untuk mempublikasikan serangan atau aksinya. Dengan adanya publisitas melalui media, maka teroris akan mendapatkan perhatian publik hingga elite-elite politik. Publisitas sendiri merupakan salah satu tujuan aksi terorisme, agar para teroris bisa menyebarkan terornya ke semua pihak yang ingin diserangnya. Publisitas bagaikan aliran darah dan oksigen bagi para teroris karena media mampu meliput aksi mereka secara cepat, non-stop, secara visual dan dalam kata-kata dari dan ke semua negara di dunia ini. Media juga berlomba-lomba untuk menyajikan berita yang berhubungan dengan kekerasan kriminal dan aksi terorisme karena kompetisi antar media (cetak, radio dan TV) pada era perkembangan teknologi komunikasi sangat ketat. Berita-berita mengenai kekerasan kriminal dan aksi terorisme di nilai sebagai berita yang banyak menyedot perhatian publik.
Serangan terorisme di AS pada 11 September 2001 mendapatkan reaksi yang berbeda dengan serangan
Dengan perkembangan teknologi komunikasi yang semakin modern dan canggih maka aksi terorisme tersebut akan dengan cepat diketahui oleh publik. Hal tersebut berdampak pada publik dan elite-elite politik yang menjadi target serangan. Serangan 9/11 yang terjadi di AS memberikan dampak negatif bagi publik Amerika. Hampir semua orang Amerika, baik yang berada di dalam maupun diluar Amerika, dan negara-negara lain mengalami trauma hebat setelah melihat serangan tersebut melalui seluruh media yang ada. Banyak kantor dan toko yang tutup sementara sesaat setelah serangan tersebut terjadi, karena mereka takut akan terjadi serangan susulan. Bahkan orang Amerika yang berada di luar Amerika juga libur sementara dan tidak keluar rumah karena takut menjadi target serangan para teroris.
Pemerintah dan komunitas bisnis mulai menyebarkan seruan anti-terorisme melalui media dan akan terus memberikan perhatian lebih pada aksi terorisme agar tidak akan ada serangan terorisme di masa depan. Media digunakan Pemerintah Amerika untuk membangun kembali citra negaranya dan membangkitkan publik Amerika dari trauma yang mendalam terhadap serangan 9/11. Banyak siaran Televisi yang menayangkan acara-acara yang memberikan pesan anti-terorisme dan menayangkan berita-berita seputar terorisme. Contohnya mengenai cerita-cerita mengenai penyebab terjadinya serangan 9//11, dalang dibalik serangan tersebut dan seruan-seruan anti-Amerika di Timur Tengah dan negara-negara muslim yang dinilai Amerika sebagai penyebab serangan di negaranya.
Teroris dan terorisme dapat mempengaruhi agenda media, agenda publik dan agenda pemerintah. Bagi para teroris, adanya perhatian dari media
0 comments:
Post a Comment