.
.
.
.
.

Energy Security

Posted by Edy Jayakarya

By : M. Edy Sentosa Jk.

print this page Print this article

Energy security merupakan istilah yang melekat erat pada suatu kondisi terjaminnya pasokan kebutuhan energi–minyak dan gas alam–suatu negara demi keberlangsungan dan eksistensi negara baik secara ekonomi maupun pertahanan. Pasokan energi tersebut dapat berasal baik dari cadangan domestik maupun suplai energi global. Pemenuhan energi merupakan hal yang vital bagi semua negara dimana kebutuhan tersebut terkait satu sama lain dan saling bergantung pada pasokan energi dunia. Hal ini sangatlah fundamental bagi keberlangsungan sistem internasional. Untuk itu, dalam isu energy security ini, masalah distribusi dan akses yang imbang menjadi perhatian utama

Menurut Daniel Yergin
(Mallaby 2006), konsep energy security meliputi dua dimensi, yaitu dimensi keindependenan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan energinya yang berasal dari sumber daya energi domestik, dan dimensi interdependensi global dimana pemenuhan energi setiap negara tak lepas dari pasokan energi dunia yang berasal dari, khususnya, negara-negara pengekspor yang kaya akan sumber minyak dan gas. Melalui dua dimensi ini, nampak bahwa energi security tidak semata merupakan isu domestik suatu negara tetapi meliputi isu global dimana ketiadaan pasokan energi dapat berimplikasi pada stabilitas internasional, baik itu bidang ekonomi dan perdagangan maupun politik dan sosial.

Dari sejarahnya, ada dua peristiwa utama yang menyebabkan isu energy security menjadi perhatian dunia. Pertama, pada masa Perang Dunia I, Winston Churchill, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Angkatan Laut, membuat sebuah keputusan untuk mengubah sumber power Angkatan Laut Inggris dari bahan bakar batubara (coal) ke minyak (
Yergin 2006). Hal ini yang kemudian membuat minyak menjadi bagian dari masalah strategi nasional Inggris, dan negara lain tentunya, terutama saat berhadapan dengan Jerman. Sejak itu, energy security menjadi isu strategis bagi keamanan sebuah negara untuk menyokong powernya. Kedua, pada 1973, OPEC, sebuah organisasi kartel negara-negara pengekspor minyak, melakukan embargo minyak pada Barat (AS dan sekutunya) dalam merespon Perang Arab-Israel (Giragosian 2004). Hal ini telah menyebabkan kelesuan ekonomi bahkan banyak industri di Barat hampir collapse karena berkurangnya pasokan minyak dari Timur Tengah (baca: OPEC). Selain itu, embargo tersebut juga menyebabkan munculnya pasar gelap perdagangan minyak yang pada akhirnya mengancam ekonomi dunia ke arah inflasi tinggi karena kenaikan harga minyak yang begitu tinggi akibat pasokan (supply) terbatas sementara permintaan (demand) tinggi. Dari kedua peristiwa tersebut membuat isu energy security semakin signifikan dan vital bagi seluruh negara karena implikasinya dapat mengglobal. Sehingga, isu energy security ini sangatlah terkait erat dengan hubungan antar negara dan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain.

Sementara itu, menurut Anup Shah (2007) ada beberapa hal yang membuat isu energy security semakin intens diperhatikan, yaitu: * semakin berkurangnya ketersedian minyak dan bahan bakar fosil lainnya, * ketergantungan pada sumber energi luar negeri, * faktor geopolitik–seperti pemerintahan yang diktator, meningkatnya aksi terorisme, “stabilitas” negara penyuplai energi, * kebutuhan energi negara-negara berkembang, dan permintaan yang tinggi dari negara-negara yang sedang maju (
advancing developing countries) seperti China dan India, * efisiensi ekonomi vs pertumbuhan populasi, * isu-isu lingkungan, khususnya perubahan iklim, dan * pencarian sumber daya-sumber daya yang dapat diperbaruhi dan energi alternatif lainnya. Kombinasi dari berbagai faktor tersebut dapat memunculkan konflik energi global (fueling conflict) apabila terjadi energy insecurity dan krisis energi seperti pengalaman sejarah masa lalu. Terlebih dunia kontemporer sekarang semakin kompleks dan trend kebutuhan energi semakin tinggi untuk menyokong industrialisasi dan teknologi.

Dari segi geopolitik, energy security sekarang terancam dengan adanya tindakan terorisme dan instabilitas kawasan, terutama kawasan yang kaya akan minyak seperti Timur Tengah dan Amerika Latin. Hal ini akan berdampak pada harga dan keberlangsungan supplai minyak bagi dunia. Kasus yang menarik adalah ketika Perang Teluk I antara Iraq-Iran, dimana Iraq membakar instalasi-instalasi minyak Iran yang berakibat pada kerusakan alam dan penurunan pasokan minyak Iran, dan ini berdampak bagi supplai dunia. Bahkan bisa terjadi, teroris menyerang dan menghancurkan instalasi minyak suatu negara. Dengan dinamika seperti ini, energy security bisa terancam.

Selain itu, isu energy security ini terkait erat dengan masalah efisiensi ekonomi dan pertumbuhan populasi penduduk dunia, dimana semakin tidak efisiennya ekonomi dan pertumbuhan populasi yang meningkat telah menyebabkan kebutuhan dan permintaan akan energi dunia semakin meningkat pula. Sementara, supplai energi sangatlah tergantung pada sifat sumber daya energi yang tak dapat diperbarui, yang pada akhirnya akan menyebakan ketimpangan bahkan kelangkaan energi dunia. Hal ini diperparah dengan munculnya negara-negara maju baru seperti China dan India dimana kebutuhan energi mereka sangat tinggi. Sehingga persaingan energi (pursuing energy) akan semakin mengarah pada konflik energi antar negara. Stabilitas kawasan dan internasional akan terancam.

Jika ditinjau kembali, permasalahan energy security terlihat timpang antar pemenuhan kebutuhan energi negara maju dengan negara berkembang. Tentunya, kebutuhan energi negara maju lebih besar, dan apabila kebutuhan tersebut tak terpenuhi secara bilateral maupun diplomatic ways maka yang terjadi adalah invasi terhadap negara lain, seperti yang dilakukan AS ke Iraq dan Iran. Sementara, negara berkembang terus mengalami defisit akan kebutuhan energi, walaupun sebagaian dari mereka adalah negara yang kaya minyak dan gas, yang telah menyebabkan perkembangan dan pembangunan ekonomi mereka semakin terhambat. Tak jarang jika banyak permasalahan muncul akibat tidak terpenuhinya kebutuhan energi tersebut, misalnya kemampuan pertahanan negara kurang bisa diandalkan dengan keterbatasan pasokan energi untuk mengoperasikan peralatan dan perlengkapan perangnya, terancamnya perkembangan industri menjadi collapes, tidak efisiensinya ekonomi akibat semakin tingginya cost productions yang harus dikeluarkan untuk berproduksi yang berakibat pada inflasi, dan tidak terpenuhinya beberapa kebutuhan pokok masyarakat, serta akses masyarakat terhadap minyak dan gas semakin sulit, seperti yang kita lihat fenomena ini di Indonesia yang kian marak antrian minyak tanah padahal Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak (OPEC). Pada akhirnya, kondisi tersebut akan mengancam dimensi human security dimana kehidupan mereka dapat terancam. Oleh karena itu, diperlukan sebuah mekanisme bersama untuk menjamin energy security ini dapat dirasakan secara adil dan imbang bagi komunitas internasional sehingga tercipta kehidupan yang damai bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan akses terhadap energi semakin mudah.

Solusinya adalah energy interdependence dan equally (Mallaby 2006). Asumsinya adalah pertama, kebutuhan energi setiap negara dipenuhi baik oleh cadangan domestik maupun impor dari luar. Namun, yang disebut terakhir, seringkali menjadi sumber utama bagi pasokan energi negara. Jika terjadi kerusakan pipa saluran minyak akibat bencana atau serangan teroris, maka kebutuhan energi dari luar semakin tinggi akibatnya keindependenan energi suatu negara semakin berkurang tetapi energy security tetap terjaga dengan pasokan dari laur yang stabil. Kedua, minyak dan gas (baca: energi) merupakan komoditas perdagangan global, dimana gangguan terhadap supplai di suatu kawasan akan berpengaruh terhadap kawasan lain. Hal ini akan berdampak pada tingginya harga minyak sehingga dalam sekejap dapat menimbulkan contagion effect bagi perekonomian global maupun dimensi kehidupan yang lain seperti stabilitas politik dan kerawanan sosial di suatu negara. Misal, jika terjadi ganguan suplai minyak yang ada di China–dimana minyak tersebut digunakan untuk kebutuhan konsumen China–maka China akan membeli minyak lebih banyak lagi demi menutupi kekurangan energinya, hal ini akan memicu kenaikan harga minyak dunia. Akibatnya, tidak hanya China merasakan dampak ganguan energi security-nya dan kenaikan harga minyak tersebut, tetapi juga negara lain secara global akan merasakan dampaknya. Sehingga, dapat memicu kelesuan ekonomi bahkan resesi global. Jadi, energy security bukanlah sebuah kompetisi antar negara untuk memenuhi kebutuhan energinya tetapi lebih pada interdependensi dan equality energy antar negara. Namun, realitasnya, interdependensi dan equality tersebut telah dimanfaatkan oleh negara maju demi kepentingannya sendiri untuk tetap menyokong superiotas mereka akan power ekonomi dan politik serta militer, sehingga–sebut saja AS–telah mempermainkan harga harga minyak dunia, terlebih penguasaan mereka akan ladang-ladang minyak di negara lain yang kaya minyak baik melalui “penanaman modal asing” maupun invasi (Noorsy dalam Al-Wa’ie 2008). Hal ini yang menyebabkan disebagian wilayah mengalami krisis atau kelangkaan energi.

Untuk itu, cermati dan renungkanlah gambar dibawah ini. Apa yang dapat kita ambil dari gambar tersebut? Another World is Possible, Bring Our Live to The Next Future...Our Mind Have To Be Our Action...Our Action is Our Future...Survival or Luxury....?

© Centre for Science and Environment and Equity Watch



1 comments:

  1. Kresna said...

    isinya bagus sekali, boleh minta referensi untuk buku energy security buat skripsi, makasih

.
|*|:::...Thank for Your Visiting...:::|*|:::...Gracias por Su Visita...:::|*|:::...Danke für Ihren Besuch...:::|*|:::...Dank voor Uw Bezoek...:::|*|:::...Merci pour votre visite...:::|*|:::...Grazie per la Vostra Visita...:::|*|:::...Agradeço a Sua Visita...:::|*|:::...Için Tesekkür Senin Konuk...:::|*|:::...شكرا لجهودكم الزائرين...:::|*|:::...Спасибо за Ваш визит...:::|*|:::...Подякуйте за ваш відвідуючий...:::|*|:::...Terima Kasih Atas Kunjungan Anda...:::|*|:::...|* [Copyright © 2008 M. Edy Sentosa Jk. on http://theglobalgenerations.blogspot.com]*|...:::|*|
.
.