.
.
.
.
.

Konflik Arab Israel

Posted by Edy Jayakarya

By: M. Edy Sentosa Jk.

print this page Print this article

Konflik Arab-Israel merupakan suatu fenomena yang paling pelik dan panjang serta selalu menemukan kebuntuan dalam menyelesaikannya. Terbukti dengan situasi perdamaian di Timur Tengah masih diwarnai dengan perang dan konflik antara Israel dengan bangsa Arab, terutama Palestina. Permasalahan tersebut semakin bereskalasi dengan dukungan dan campur tangan pihak asing yang memanfaatkan konflik tersebut, seperti AS, Inggris, Perancis, Uni Soviet, Italia, dan lain-lain. Akibatnya, masalah ini menjadi masalah yang buntu dan membuat instabilitas kawasan dan Internasional.

Latar belakang historis konflik tersebut tak lepas dari keberadaan dua bangsa yaitu Arab dan Yahudi. Kehadiran pertama orang-orang yahudi di Palestina sekitar 1800 SM. Bangsa Yahudi ini merupakan keturunan Ishaq as. Kemudian, orang-orang Yahudi tersebut berhijrah ke Mesir. Namun, mereka kembali lagi ke Palestina di bawah panduan Musa as sekitar abad 12 SM. Keadaan mereka yang lemah dan terpecah-belah dapat dipersatukan oleh Talut dengan membentuk sebuah kerajaan sampai pada masa keemasan di zaman Sulaiman as. Atas dasar kerajaan Israel tersebut, orang Yahudi kemudian meletakkan dasar religius dan emosional bagi kepentingan Yahudi di Palestina yang disokong oleh gerakan Zionis.

Sementara itu, menurut para ahli arkeologi modern menyatakan bahwa bangsa Mesir dan Bangsa Kanaan telah mendiami Palestina sejak masa-masa paling kuno sekitar 3000 SM hingga sekitar 1700 SM. Selanjutnya datang para penguasa-penguasa lain seperti bangsa Hyokos, Hittit, dan Filistin. Kemudian berturut-turut dikuasai oleh Assiria, Babilonia, Persia, Yunani, dan Romawi. Selanjutnya Palestina jatuh ke tangan Muslimin Arab di bawah pimpinan Umar bin Khattab sampai pada masa Turki Ustmani yang runtuh menjelang akhir PD I. Akhirnya, Palestina menjadi wilayah mandat Inggris atas nama PBB. Sejak saat itulah starting-point konflik Arab-Israel, yaitu hadirnya bangsa Yahudi imigran dengan misi Zionismenya dan ideologi Holocaust-nya menduduki Palestina. Dari sinilah kemudian berkembang berbagai macam konflik dan perang antara Israel dengan bangsa Arab, terutama pengusiran dan pembunuhan rakyat Palestina.

Usaha yang dilakukan Zionis/Yahudi untuk mendapatkan Palestina, yang akan dijadikan negara Israel, melalui lobi-lobi yang ia lakukan dengan Daulah Ustmaniah tetapi mengalami kegagalan. Kemudian melakukan lobi terhadap Inggris. Di saat itulah peluang mereka ke Palestina semakin besar. Dalam sejarahnya, Palestina di bawah mandat Inggris atas nama PBB membuat imigrasi orang Yahudi semakin besar sehingga muncullah pemukiman-pemukiman Yahudi di sana. Hal ini menimbulkan klaim-klaim wilayah Yahudi di Palestina dan dengan dukungan mandat Inggris maka pada 1948 Yahudi mendeklarasikan negara Israel di Palestina. Dengan berdirinya negara Israel tersebut banyak warga Palestina yang diusir dan mengalami diskriminasi sehingga konflik dan kekerasan pun dialami warga Palestina. Selain itu, berdirinya negara Israel juga dikecam dan tidak diakui oleh bangsa Arab umumnya, karena yahudi tidak memiliki hak untuk mendirikan negara Israel di Palestina dan pendirian negara tersebut sama halnya dengan pendudukan wilayah dan penjajahan di era dekolonialisasi saat ini serta tidak ada landasan hukum bagi Yahudi untuk mendirikan negara Israel di Palestina. Apalagi Yahudi dalam sejarahnya adalah bangsa yang terdiaspora dan pemukiman Yahudi di Palestina bukanlah dasar untuk mendirikan negara Israel karena wilayah tersebut merupakan wilayah bangsa Palestina yang terdiri dari berbagai macam “bangsa” yaitu Palestina yang sebagian besar Muslim, Nasrani yang sebagian besar Kristen, serta Yahudi.

Di lain pihak, klaim-klaim Yahudi atas negara Israel di Palestina didasarkan pada ikatan emosional dan religius mereka terhadap Palestina dalam sejarah kerajaan Sulaiman beberapa abad yang lalu. Klaim-klaim tersebut didukung dengan gerakan Zionisme Yahudi Internasional dan peristiwa Holocoust oleh Nazi Jerman yang dipimpin Hitler. Atas dasar itulah, menurut keyakinan mereka, orang-orang Yahudi berhak atas Palestina sebagai “national homeland” mereka.

Dari hal di atas, kemudian berkembang menjadi konflik dan perang terbuka di Arab melawan Israel. Kenyataannya dengan berdirinya negara Israel, Israel telah melakukan berbagai macam diskriminasi dan pengusiran serta pembantaiaan/pembunuhan terhadap warga Palestina. Terlebih melakukan ekspansi dan pendudukan wilayah Palestina yang bukan hak mereka. Hal inilah yang membuat perlawanan rakyat Palestina terhadap Israel yang menimbulkan banyak korban berjatuhan, terutama orang Palestina. Selain itu, dalam perkembangannya perlawanan dan perang terhadap Israel juga dilakukan oleh negara-negara Arab, seperti Arab Saudi, Mesir, Lebanon, Suriah, Jordania, Iraq, Maroko, dan lain-lain. Konflik dan perang tersebut antara lain: Perang tahun 1948, Perang Sinai, Perang Juni 1967, Perang 1973, Konfrontasi Israel-PLO 1982, Intifadah Palestina 1987-sekarang.

Akar permasalahan konflik dan perang yang terjadi tersebut diatas ialah penolakan bangsa Arab[1] atas keberadaan Israel di Palestina yang akan mengakibatkan keamanan dan perdamaian serta stabilitas kawasan Timur Tengah akan terancam dan terganggu; sementara pihak Israel mengklaim bahwa mereka mempunyai hak atas Palestina. Selain itu, adanya prakarsa dan resolusi PBB mengenai partisi Palestina yang dibagi kedalam dua entitas bangsa yaitu Arab dan Yahudi (Israel)–dengan bentuk partisi itu akan didirikan dua entitas negara di atas wilayah Palestina yaitu negara Israel dan negara Palestina dengan batas negara sesuai dengan kesepakatan dan persetujuan “pihak-pihak yang berkepentingan”. Resolusi yang diajukan PBB tersebut ditolak oleh Arab sementara Yahudi menerimanya sebagai batu loncatan untuk rencana-rencana perluasan wilayah dan pendudukan kedepan. Hal ini terbukti dengan adanya ekspansi Israel ke Sinai, Mesir; Terusan Suez; Tepi Barat; Jalur Gaza; Jerussalem; Teluk Aqaba; Lebanon; Suriah; Aljazair. Hal inilah yang membuat prospek penyelesaian konflik Arab-Israel sampai sekarang belum pernah menemukan titik temu dan kesepakatan yang sesungguhnya. Apalagi konflik yang ada selain adanya masalah internal bangsa Arab sendiri juga dengan adanya intervensi asing yang memanfaatkan dan mengambil keuntungan dari konflik tersebut lebih-lebih intervensi PBB tidak memiliki pengaruh yang signifikan bagi resolusi konflik Arab-Israel yang hingga sekarang masih berkecamuk.

Menurut pendapat saya, Israel harus mundur dan menarik diri dari Palestina dan orang-orang Yahudi imigran harus kembali ke wilayah diaspora mereka masing-masing, dan kalau ingin tetap mendirikan sebuah negara dengan kerangka Zionis dan Holocoust dirikanlah di negar-negara yang selama ini mendukung keberadaan dan berdirinya negara Israel tersebut, sepeti Jerman karena peristiwa Holocoustnya oleh Nazi, Amerika Serikat yang selama ini sangat getol mendukung segala aksi Israel di Arab dan dimana para elit Yahudi-Amerika memiliki lobi yang kuat di AS, Inggris, Perancis, serta Italia. Dan biarlah rakyat Palestina menetukan nasibnya sendiri yaitu berdirinya Negara Palestina yang selama ini mereka ingin wujudkan. Sehingga keamanan, perdamaian, dan stabilitas kawasan Timur Tengah dapat terjamin dan tidak ada pihak yang dirugikan.



[1] Yang ditolak dan ditentang oleh bangsa Palestina khususnya dan Arab umumnya adalah negara Yahudi yang didirikan di atas tanah Palestina, bukan hak orang-orang Yahudi sebagai suatu bangsa.

0 comments:

.
|*|:::...Thank for Your Visiting...:::|*|:::...Gracias por Su Visita...:::|*|:::...Danke für Ihren Besuch...:::|*|:::...Dank voor Uw Bezoek...:::|*|:::...Merci pour votre visite...:::|*|:::...Grazie per la Vostra Visita...:::|*|:::...Agradeço a Sua Visita...:::|*|:::...Için Tesekkür Senin Konuk...:::|*|:::...شكرا لجهودكم الزائرين...:::|*|:::...Спасибо за Ваш визит...:::|*|:::...Подякуйте за ваш відвідуючий...:::|*|:::...Terima Kasih Atas Kunjungan Anda...:::|*|:::...|* [Copyright © 2008 M. Edy Sentosa Jk. on http://theglobalgenerations.blogspot.com]*|...:::|*|
.
.