.
.
.
.
.

Take Small Bites: The Fait Accompli Strategy by Robert Greene

Posted by Edy Jayakarya

By: M. Edy Sentosa Jk. dkk (Didit Fakhturizal & Fariz H Perdana)

print this page Print this article

Based on Robert Greene's Book: The 33 Strategies of War...

If you seem too ambitious, you stir up resentment in other people; overt power grabs and sharp rises to the top are dangerous, creating envy, distrust, and suspicion. Often the best solution is take small bites, swallow little territories, playing upon people’s relatively short attentions spans. Stay under the radar and they won’t see your moves. And if they do, it may already be too late; the territory is yours, a fait accompli. You can always claim you acted out of self defense. Before people realize it, you have accumulated an empire.

Artikel ini menjelaskan mengenai bagaimana seseorang berusaha menjalani perang, demi mencapai tujuan utamanya yaitu kekuasaan, dengan langkah-langkah yang cenderung berskala kecil dan bertahap. Sekilas, manusia yang tampak agresif dan ambisius lebih sering menonjolkan cara-cara yang dramatis sehingga menyita perhatian orang lain secara berlebihan. Hal seperti inilah yang seharusnya dihindari oleh para pencari kekuasaan. Pendekatan sedikit demi sedikit untuk mencari kekuasaan dan menaklukkan akan sempurna untuk zaman politis sekarang ini, sebagai topeng agresi paling hakiki.

Seperti yang tercermin dari perjalanan Charles de Gaulle dalam membangun “kekaisaran” Perancis di bawah kekuasaannya. Ia memulainya secara bertahap dan perlahan tapi pasti dengan sejumlah kekuatan yang ia bangun baik dari rakyat Prancis maupun sedikit bantuan dari sekutunya yaitu Inggris. Kunjungan de Gaulle ke Inggris pada tanggal 17 Juni 1940 untuk menemui Winston Churchill menjadi agenda utamanya dalam mencari dukungan dan perlindungan ketika Perancis mengalami kehancuran akibat serangan kilat (blitzkrieg invasion) Jerman. Sebenarnya banyak yang menganggap Charles de Gaulle sebagai jendral dengan catatan militer yang kurang menonjol dan tidak mungkin dianggap sebagai tokoh politik yang penting. Namun, de Gaulle bersikap seolah-olah hanya dirinyalah yang dapat menyelamatkan Perancis.

Rencana awal de Gaulle ialah berpidato lewat radio BBC kepada seluruh warga Perancis yang masih setia kepada Perancis merdeka agar tidak putus asa. Akses untuk berpidato tersebut didapatnya dari Churchill. Dalam pidatonya, de Gaulle terkesan sangat berani dan berjanji kembali melakukan pidato keesokan harinya. Hal ini mengejutkan Churchill, namun karena terlanjur berjanji, ia memberikan keleluasaan kepada de Gaulle untuk melakukan siaran demi menguatkan hati rakyat Perancis di masa-masa kelam saat itu. Karena sibuk dengan urusan lain dan yakin bahwa pendengar de Gaulle tidak banyak, Churchill mengabaikan sikap sang jendral dan membiarkannya terus melakukan siaran hingga dia terlambat menyadari bahwa setiap program baru de Gaulle semakin sulit dihentikan. Suara de Gaulle semakin berpengaruh dan memunculkan keyakinan bagi rakyat Perancis. Ketika kekuatan prajuritnya telah memadai, de Gaulle memimpin pasukannya untuk merebut kembali koloni Perancis di Afrika Tengah dan Utara dari Pemerintahan Vichy–pemerintahan yang dibentuk oleh pejabat Prancis yang menyerah dengan Jerman.

Menjelang akhir tahun 1942, de Gaulle yang semakin dominan telah menyinggung banyak orang dalam pemerintahan Sekutu sehingga dibahaslah rencana untuk menggantikan de Gaulle dengan seseorang yang lebih mudah diatur, yaitu Jendral Henri Giraud. Mencium konspirasi itu, de Gaulle lalu mengadakan pertemuan pribadi dengan Giraud yang mengusulkan dokumen untuk mengangkat Giraud sebagai kepala komandan pasuka bersenjata dan turut memimpin Perancis bersama de Gaulle sebagai presiden. Namun ketika Giraud sedang tak berada di Perancis, ternyata de Gaulle telah melucuti kekuasaan politiknya dan diam-diam Giraud dipensiunkan.

Jutaan warga Perancis serta Roosevelt dan Churchill menjadi saksi bagaimana Charles de Gaulle berhasil membentuk semacam kekaisaran di bawah kendalinya. Langkah-langkah de Gaulle yang samar namun meyakinkan memberikan penjelasan bagaimana strategi fait accompli ini diterapkan demi ambisi kekuasaannya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan mengenai strategi yang dibuat oleh de Gaulle, yaitu ketika melarikan diri ke Inggris, ia mempunyai satu tujuan yaitu memulihkan kehormatan Perancis dengan memimpin sebuah organisasi militer dan politik. Seandainya de Gaulle mengungkapkan niat yang sebenarnya (baca : Kekuasaan), ia pasti sudah dipandang sebagai orang yang berbahaya yang memiliki ilusi dan ambisi politik. Oleh karena itu, ia kemudian melakukan manuver-manuver secara perlahan dan sedikit demi sedikit meraih tujuan-tujuan kecilnya. Yang pertama ialah memperoleh perhatian dari publik, yakni dengan melakukan siaran di BBC kemudian de Gaulle mengendalikan wilayah Afrika dibawah Fighting France bentukannya.

Selanjutnya, de Gaulle menyusup ke dalam gerakan France Resistance dan mengambil alih kendali kelompok tersebut dan pada akhirnya meraih sedikit demi sedikit kendali mutlak untuk memerintah Perancis di masa depan. Karena de Gaulle melangkah sedikit demi sedikit maka tidak ada seorangpun benar-benar memperhatikan dan paham maksud dan tujuan yang sebenarnya. Ketika Churchill dan Roosevelt menyadari langkahnya itu, terlambat sudah untuk menghentikannya.

Penulis kemudian menjelaskan cara kerja strategi fait accompli tersebut sebagai berikut : ketika ada sesuatu yang kita inginkan coba kita mengambilnya tanpa membahasnya dengan orang lain atau memberi tanda/sinyal pada orang lain mengenai keinginan kita, sehingga memberi pilihan pada lawan kita entah melawan atau menerima kerugiannya tanpa mengganggu kita. Kemungkinan besar akan ada lebih banyak alasan rasional yang dipikirkan pihak lawan untuk tidak mengganggu kita daripada mempermasalahkan sesuatu yang sepele dan tak berarti, sehingga keinginan kita terhadap benda atau sesuatu tersebut menjadi suatu fait accompli (baca : keadaan yang dihadapi) bagi pihak lawan yang selalu lebih baik dibiarkan saja.

Strategi fait accompli harus dilakukan secara samar dan perlahan-tapi-pasti sehingga walaupun musuh mulai mempertimbangkan perang atau mulai mengambil tindakan, kita sudah mengubah medan permainannya. Tentunya strategi fait accompli ini harus diiringi oleh taktik take small bites. Taktik take small bites (sedikit demi sedikit) ini menjadi penangkal sempurna bagi ketidaksabaran yang sering kita alami dalam meraih ambisi dan keinginan kita. Strategi ini memaksa kita merenungkan prosesnya, urutan langkah dan tindakan yang berhubungan, yang memberikan manfaat psikologis yang tak terukur. Akhirnya, penggunaan strategi ini untuk menyamarkan niat agresif kita dan memberi kesan bahwa tujuan kita hanyalah terbatas, padahal tujuan besar kita bermuara pada tujuan yang dianggap terbatas tersebut oleh pihak lawan.

Namun, seandainya kita melihat atau mencurigai bahwa kita sendiri diserang sedikit demi sedikit dengan strategi fait accompli ini, satu satunya strategi untuk menandinginya adalah mencegah kemajuan fait accompli tersebut lebih lanjut. Caranya yaitu merespon dengan cepat dan keras untuk mengecilkan hati mereka yang melawan. Cara yang lain adalah dengan menghabisi mereka di saat mereka masih kecil atau tidak punya kekuatan berarti.


Dengan menerapkan startegi ini kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan tanpa mendapat perhatian dan perlawanan apapun dari lawan kita. Dengan mudah kita dapat mewujudkan tujuan utama kita secara tuntas. Strategi fait accompli dan taktik take small bites ini membawa pihak lawan pada sebuah pilihan bahwa ”apa yang mereka pilih adalah apa yang kita inginkan”. Sempurna!


0 comments:

.
|*|:::...Thank for Your Visiting...:::|*|:::...Gracias por Su Visita...:::|*|:::...Danke für Ihren Besuch...:::|*|:::...Dank voor Uw Bezoek...:::|*|:::...Merci pour votre visite...:::|*|:::...Grazie per la Vostra Visita...:::|*|:::...Agradeço a Sua Visita...:::|*|:::...Için Tesekkür Senin Konuk...:::|*|:::...شكرا لجهودكم الزائرين...:::|*|:::...Спасибо за Ваш визит...:::|*|:::...Подякуйте за ваш відвідуючий...:::|*|:::...Terima Kasih Atas Kunjungan Anda...:::|*|:::...|* [Copyright © 2008 M. Edy Sentosa Jk. on http://theglobalgenerations.blogspot.com]*|...:::|*|
.
.