By: M. Edy Sentosa Jk. & Dean Darmawan
1. Fungsionalisme Robert K Merton
Teori Fungsionalisme yang dikemukan oleh Robert K. Merton bertolak pada pemahaman mengenai masyarakat dimana semakin beragam dan semakin gigatin sebuah sistem sosial kemasyarakatan akan menciptakan tujuan-tujuan yang hendak ingin dicapai. Merton (dalam Margaret M Poloma 2000: 33-34) mengemukakan bahwa setiap masyarakat memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai di dalam lingkungannya. Untuk mencapai tujuan itu membutuhkan sarana (means), walaupun demi pengejaran tujuan itu melanggar legitimasi-legitimasi yang telah disepakati oleh masyarakat di dalam suatu sistem kemasyarakatan.
2. Self-Orientation Talcot Parsons
Self-orientation Talcot Parsons merupakan bagian dari penjelasannya mengenai pattern variable yang ia kembangkan pada 1960-an yang diturunkan dari dikotomi klasik Tonnies mengenai Gemeinschaft dan Gesellschaf (Margaret M Poloma 2000: 172-173). Pada intinya, Parsons menjelaskan bahwa self-orientation merupakan orientasi pribadi yang dimiliki individu dalam setiap tindakan yang mereka lakukan demi mencapai tujuan dan kepentingan pribadinya. Untuk itu, orientasi pribadi merupakan bagian yang melekat erat dalam diri individu pada setiap dimensi hubungan sosialnya dengan lingkungan masyarakat. Motif self-orientation kemudian menjadi sebuah gambaran dalam relasi sosial individu.
3. Teori Human Motivation A. H. Maslow
Teori Human Motivation dikemukakan oleh Maslow pada 1943. Maslow (dalam Harriman 1970: 389) mengemukakan bahwa setiap tindakan yang dilakukan manusia pasti didasarkan pada motivasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu yaitu, pemenuhan kebutuhan fisik, keamanan, kasih sayang atau afeksi, penghargaan, dan aktualisasi diri. Untuk itu, manusia berusaha memenuhi dan mencapai tujuan-tujuan tersebut sehingga menghasilkan sebuah kepuasan dalam diri manusia. Kepuasan ini merupakan sesuatu yang mendasar dalam diri manusia.
Selanjutnya Maslow mengungkapkan bahwa kebutuhan dasar tadi saling terkait satu sama lain. Namun, terkadang manusia memberikan prioritas terhadap kebutuhan tertentu. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan yang menjadi prioritasnya maka tercipta motivasi yang sangat besar dalam diri manusia untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan segera. Sedangkan kebutuhan lain yang belum menjadi prioritas akan dikesampingkan atau dilupakan, baik dalam arti melupakannya secara sengaja atau tidak.
0 comments:
Post a Comment