.
.
.
.
.

Antara Orientasi-kuliah dan Orientasi-organisasi Mahasiswa Pengurus HIMA HI FISIP UNAIR (Bagian 2)

Posted by Edy Jayakarya

By: M. Edy Sentosa Jk. dkk


print this page Print this article



Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan M. Edy Sentosa Jk. bersama empat orang lainnya yaitu, Dean Darmawan, M. Fuad Arief, Novrita Maria Ulfa, dan Widy Dinarti, mereka semua adalah teman seperjuangan di jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fisip Unair. Tulisan ini adalah hasil karya kami. Semoga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

***_***



Motivasi di Balik Keikutsertaan Mahasiswa HI

dalam Kepengurusan HIMA


Kehidupan kampus selalu diwarnai dengan berbagai pandangan mengenai kewajiban yang harus diambil dan dijalankan oleh mahasiswa. Hal ini terkait dengan legitimasi yang ada dalam kehidupan sosial yaitu, seorang mahasiswa harus menjalankan kewajibannya untuk menuntut ilmu. Ini membuat orientasi-kuliah menjadi mainstream dalam kehidupan mahasiswa. Namun, ditengah-tengah mainstream yang ada, terdapat mahasiswa yang melakukan hal di luar legitimasi tersebut yaitu, dengan ikut serta dalam aktivitas organisasi. Orientasi-organisasi kemudian menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam aktivitas perkuliahannya. Sehingga, ia tidak hanya fokus pada kewajiban kuliah tapi juga aktivitas organisasi menjadi sebuah perhatian yang tak kalah pentingnya.


Kenyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Merton bahwa masyarakat memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai di dalam lingkungannya. Hal ini menunjukkan motivasi yang dimiliki mahasiswa ketika ia memutuskan untuk terlibat aktif dalam suatu organisasi. Jika dikaitkan dengan pendapat Merton, maka motivasi tersebut sangat terkait erat dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh mahasiswa.


Selanjutnya, motivasi yang dimiliki mahasiswa untuk ikut serta dalam organisasi merupakan bentuk self-oriantation yang bersifat pribadi dalam rangka mencapai tujuan-tujuannya. Hal itu seperti yang diungkapkan Parsons bahwa orientasi pribadi merupakan bagian yang melekat erat dalam diri individu pada setiap dimensi hubungan sosialnya dengan lingkungan masyarakat. Dengan demikian, motif self-orientation merupakan sebuah landasan dalam diri mahasiswa yang menimbulkan keinginan untuk terlibat dan ikut serta dalam aktivitas organisasi.


Tak heran, ketika orientasi-kuliah dan orientasi-organisasi sudah menjadi kesatuan dalam setiap aspek aktivitas mahasiswa di kampus maka, seperti yang diungkapkan oleh Maslow, aktivitas tersebut akan menjadi sebuah kebutuhan yang harus terpenuhi. Sehingga, timbul sebuah motivasi yang besar dalam diri mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada akhirnya, jika kebutuhan itu telah tercapai maka ia akan memperoleh kepuasan pribadi.


Berdasarkan temuan data yang penulis himpun dan olah, motivasi yang dimiliki para pengurus HIMA untuk ikut serta dalam organisasi HIMA adalah untuk mendapatkan kecakapan yang tidak mungkin didapatkan di bangku perkuliahan. Kecakapan tersebut meliputi, kecakapan mengatur waktu, kecakapan birokrasi, kecakapan surat-menyurat, dan kecakapan lainnya. Nampak jelas bahwa kecakapan-kecakapan tersebut jarang didapatkan dari bangku kuliah, karena kecakapan seperti ini sangat bersifat praktis. Karena bersifat praktis maka mereka menilai kecakapan tersebut akan berguna di dalam dunia kerja setelah mereka lulus dari bangku kuliah.


Selain itu, motivasi lainnya adalah untuk memperoleh eksistensi dan aktualisasi diri dalam lingkungan dimana mereka berada. Eksistensi ini terkait dengan keiginan dan ego yang ada dalam diri mahasiswa untuk lebih dikenal oleh mahasiswa-mahasiswa lainnya. Bahkan, lingkup tersebut sampai pada keinginan untuk lebih dikenal oleh para dosen di lingkungan program studinya. Dari sini, motivasi eksistensi menjadi bagian yang tak terpisahkan ketika mahasiswa ikut serta dalam suatu organisasi.


Sementara itu, motivasi aktualisasi diri terkait dengan keberadaan dan keinginan mahasiswa untuk mengaktualkan potensi yang ada dalam dirinya, sebagai bagian dari upaya untuk memaksimalkan potensi tersebut secara lebih praktis dan fisikal. Melalui organisasi, mahasiswa percaya bahwa potensi tersebut dapat diolahkembangkan secara kreatif sehingga memberikan kelebihan tersendiri baginya yang tidak atau belum tentu dimiliki oleh mahasiswa lainnya yang tidak aktif dalam organisasi.


Motivasi berikutnya yang ditemukan penulis adalah untuk memperoleh dan mengembangkan soft skill yang dimiliki dalam dirinya. Soft skill tersebut menjadi sebuah kebutuhan bagi para pengurus HIMA HI, dimana hal itu digunakan sebagai penyeimbang kemampuan intelektualitas yang mereka miliki. Sehingga, pengetahuan yang mereka peroleh dapat secara langsung diaplikasikan dalam keseharian mereka terkait dengan aktivitas organisasi yang dilakukan. Soft skill tersebut seperti terampilnya kemampuan berbicara dan mengemukakan pendapat di depan publik.


Motivasi menarik lainnya yang ditemukan penulis adalah adanya daya dan dorongan untuk merubah sistem organisasi HIMA yang dianggap kurang sesuai dengan pemikiran mahasiswa. Selain itu pula, adanya kesempatan untuk menambah pengalaman dan membangun networking, juga menjadi motivasi yang melandasi mahasiswa untuk bergabung dalam kepengurusan organisasi. Motivasi ini dianggap penting oleh mahasiswa dalam rangka memperoleh teman dan lingkungan serta pergaulan baru. Ini memudahkan mereka mendapatkan informasi-informasi baru yang dirasa perlu baik dari mahasiswa lain maupun dari dosen-dosen.


Berbagai motivasi yang melatarbelakangi Mahasiswa HI untuk menjadi pengurus HIMA seperti yang diuraikan di atas, menunjukkan sebuah kebutuhan yang merupakan bagian dari aktivitas mereka sebagai mahasiswa itu sendiri. Kebutuhan tersebut menjadi penting bagi mereka karena hal itu menimbulkan kepuasan diri ketika terpenuhi, walaupun demi pengejaran kepuasan tersebut melanggar legitimasi-legitimasi sosial yang ada.



Capaian Prestasi Mahasiswa HI yang Menjadi Pengurus HIMA


Melihat motivasi-motivasi yang dimiliki mahasiswa HI yang menjadi pengurus HIMA seperti yang diuraikan diatas, memberikan sebuah penilaian atau pandangan terhadap prestasi yang mereka peroleh. Prestasi akademis maupun non-akademis menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi mahasiswa tersebut. Karena, ia memiliki kemampuan yang tidak hanya di ukur dari aspek kognitif saja tetapi ia juga bisa membuktikan kemampuan tersebut secara aplikatif dan praktis. Inilah capaian yang dimiliki oleh mahasiswa yang tidak hanya berorientasi-kuliah tetapi juga organisasi, suatu kelebihan tersendiri yang membedakan dengan mahasiswa yang berorientasi-kuliah saja. Menilai pendapat Parsons, ini merupakan bagian dari orientasi pribadi untuk berprestasi.


Berdasarkan temuan data yang penulis himpun, mahasiswa yang menjadi pengurus HIMA menunjukkan sebuah prestasi yang imbang. Dalam arti, aktivitas mereka di organisasi tidak menjadikannya halangan untuk tetap fokus pada kewajiban kuliah mereka. Ini memberikan dampak pada mereka untuk membuat managemen waktu yang baik dalam mengatur aktivitas perkuliahan di satu sisi dan organisasi di sisi lainnya. Oleh karena itu, mereka kemudian tidak menunda-nunda waktu yang ada dan berusaha untuk menyelesaikan tugas tepat waktu. Sehingga, semua aktivitas yang ia lakukan tidak terbelengkalai. Tak heran, dalam penelitian ini ditemukan bahwa dengan kondisi seperti itu membuat mahasiswa yang menjadi pengurus HIMA tersebut untuk merencanakan skala prioritas dalam setiap aktivitas yang mau dilakukannya.


Selain itu, ada hal menarik yang ditemukan penulis yaitu, terjadinya penurunan prestasi ketika mahasiswa HI menjadi pengurus HIMA HI. Hal ini karena adanya proses adaptasi yang dijalankan sewaktu terlibat dalam kegiatan HIMA. Hal ini terkait dengan ketidakmampuan mahasiswa dalam membagi waktunya. Jadi, menurun atau tidaknya prestasi mahasiswa sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam membagi waktu. Proses adaptasi ini menjadi bagian penting dalam capaian prestasi mereka. Pada akhirnya, mereka bisa beradaptasi sehingga memberikan implikasi signifikan terhadap keseimbangan prestasi mereka, baik akademis maupun non-akademis.


Prestasi akademis dapat dinilai dari IP yang mereka capai. Dengan memahami temuan data pada subbab sebelumnya, maka dapat dikatakan mereka secara akademis berprestasi, walaupun seperti yang diungkapkan dalam paragraf sebelumnya, sempat terjadi penurunan nilai IP. Namun, itu hanya pada awal-awalnya saja ketika proses adaptasi masih belum bisa mereka lakukan.


Hal yang menarik kemudian adalah penilaian prestasi akademis mereka tak dapat dipisahkan dari keaktifan di kelas. Dimana keaktifan di kelas menunjukkan tingkat pengetahuan yang mereka miliki. Dalam penelitian ini ditemukan, pengurus HIMA yang aktis dalam kegiatan organisasi belum tentu mereka aktif di kelas. Keaktifan di kelas, sesuai dengan temuan data yang ada, dipengaruhi oleh sejauh mana latar belakang akademis yang mereka miliki. Jadi, tidak ada suatu pernyataan bahwa yang aktif diorganisasi menjadi aktif pula di kelas. Kemampuan seseorang tergantung dengan usahanya dalam mendalami hal tersebut. Namun, setidaknya para Mahasiswa HI yang menjadi pengurus HIMA mempunyai kebanggaan terhadap prestasi akademis yang mereka capai, walaupun prestasi itu tidak terkait dengan keaktifan mereka di organisasi.


Selain prestasi akademis, mahasiswa HI yang menjadi pengurus HIMA juga menunjukkan capaian prestasi non-akademis. Capaian prestasi ini terutama mereka peroleh dari aktivitas mereka di luar kuliah. Aktivitas organisasi kemudian menjadi ukuran bagi capaian prestasi non-akademis ini. Dalam penelitian ini, capaian prestasi tersebut berupa berhasilnya membangun image yang baik mengenai perlunya persatuan dilkalangan mahasiswa HI yang tergabung dalam FKMHII. Selain itu, keberhasilan mengkoordinir sebuah event pertemuan nasional menjadikan kepuasan tersendiri bagi mahasiswa tersebut. Dan hal ini dapat dijadikan sebagai sebuah prestasi. Keberhasilan dalam mencapai prestasi tersebut sangatlah ditentukan oleh motivasi setiap individu dalam rangka mencapai tujuan-tujuannya.


Dari penjelasan diatas, maka prestasi yang dicapai mahasiswa HI yang menjadi pengurus HIMA HI merupakan sebuah capaian yang dapat dinilai sebagai self-orientation yang ditujukan pada capaian terhadap pemenuhan kepuasan diri.


0 comments:

.
|*|:::...Thank for Your Visiting...:::|*|:::...Gracias por Su Visita...:::|*|:::...Danke für Ihren Besuch...:::|*|:::...Dank voor Uw Bezoek...:::|*|:::...Merci pour votre visite...:::|*|:::...Grazie per la Vostra Visita...:::|*|:::...Agradeço a Sua Visita...:::|*|:::...Için Tesekkür Senin Konuk...:::|*|:::...شكرا لجهودكم الزائرين...:::|*|:::...Спасибо за Ваш визит...:::|*|:::...Подякуйте за ваш відвідуючий...:::|*|:::...Terima Kasih Atas Kunjungan Anda...:::|*|:::...|* [Copyright © 2008 M. Edy Sentosa Jk. on http://theglobalgenerations.blogspot.com]*|...:::|*|
.
.