By: M. Edy Sentosa Jk.
Hal terpenting lainnya dalam proses kegiatan penelitian adalah mengumpulkan data. Data merupakan fakta-fakta, informasi-informasi atau keterangan-keterangan yang ingin diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti yang digunakan sebagai basis dalam menjawab dan merumuskan kesimpulan atas rumusan malasah yang diajukan. Untuk itu, proses pengumpulan data sangat menentukan hasil akhir dari sebuah laporan penelitian.
Terdapat beberapa kategorisasi data, yaitu kategorisasi menurut cara memperolehnya dan kategorisasi menurut sifatnya.
1. Menurut Cara Memperolehnya
# Data Primer = data yang dikumpulkan dari tangan pertama dan diolah oleh organisasi atau perorangan. Dengan kata lain, data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti (Sudarso dalam Bagong & Sutinah 2005: 55). Misalnya: peneliti mendatangi setiap rumah tangga dan menanyakan jumlah anggota keluarga, mata pencaharian, agama, pendidikan, dan lain-lain terkait dengan tujuan penelitiannya.
# Data Sekunder = data yang diperoleh suatu organisasi atau perorangan melalui pihak lain yang telah mengumpulkan dan mengolah data tersebut. Jadi, data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti tapi melalui lembaga atau institusi tertentu (Sudarso dalam Bagong & Sutinah 2005: 55-56). Misalnya: peneliti memperoleh data dari Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, dan lain-lain.
2. Menurut Sifatnya
# Data Kualitatif = data yang tidak berbentuk angka dan statistik-numerikal. Data ini berupa data yang dideskripsikan dengan kata-kata atau pernyataan-pernyataan dari objek atau responden penelitian, misalnya data kesejahteraan petani meningkat, kualitas pendidikan Indonesia semakin baik, dan lain-lain.
# Data Kuantitatif = data yang berbentuk angka atau statistik-numerikal. Data ini menggunakan tingkat deskripsi atau eksplanasinya berupa angka-angka atau statistik. Misalnya, pendapatan penduduk, sensus penduduk, nilai rapor, dan lain-lain. (Hariwijaya 2007: 59)
Teknik-teknik Pengumpulan Data
Sebelum melakukan pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder, terdapat beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan sehingga data yang diperoleh benar-benar data yang diinginkan, sebagai berikut.
# peneliti harus memahami tujuan penelitian;
# peneliti memusatkan hipotesis atau hal-hal yang perlu dipecahkan dalam penelitian;
# peneliti harus memahami sampel yang menjadi sumber data;
# peneliti harus memahami pedoman kerja atau metodologi;
# peneliti harus memahami dan mendokumentasikan data.
Beberapa teknik pengumpulan data:
1. Observasi
Teknik observasi merupakan metode mengumpulkan data dengan mengamati langsung di lapangan. Proses mengamati meliputi melihat, merekam, menghitung, mengukur, dan mencatat kejadian.
Setidaknya, berdasarkan keterlibatan peneliti dalam interaksi dengan objek penelitiannya, terdapat dua jenis observasi (Hariwijaya 2007: 74). Pertama, observasi partisipan, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan cara terlibat langsung dalam interaksi dengan objek penelitiannya. Dengan kata lain, peneliti ikut berpartisipasi sebagai anggota kelompok yang diteliti. Misalnya peneliti ingin meneliti pola interaksi pekerja bangunan terjun langsung di lapangan menyamar sebagai pekerja bangunan. Kedua, observasi nonpartisipan, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan cara tidak melibatkan dirinya dalam interaksi dengan objek penelitian. Sehingga, peneliti tidak memposisikan dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti. Selain dua jenis observasi tersebut, dikenal pula observasi partisipan-membership, artinya peneliti adalah anggota dari kelompok yang diteliti. Misalnya seorang wartawan meneliti pola interaksi dalam proses manajemen media di tempatnya bekerja.
Beberapa teknik yang biasa dilakukan dalam observasi, antara lain: [*] membuat catatan anekdot¸ catatan informal yang diguakan pada waktu mengadakan observasi, yang berisi tentang suatu gejala atau peristiwa. Misal: tingkah laku manusia. [*] membuat daftar cek, daftar yang berisi catatan setiap factor secara sistematis. Daftar cek ini dipersiapkan sebelum observasi dan dibuat sesuai dengan tujuan khusus dalam observasi. [*] membuat skala penilaian, skala yang digunakan untuk menetapkan penilaian secara bertingkat dan untuk mengamati kondisi data secara kualitatif. Misal: meniliti siswa dalam proses belajar mengajar. [*] memcatat dengan menggunakan alat, pencatatan yang dilakukan melalui pengamatan dengan menggunakan alat, misal: kamera, redorder, dan lain-lain.
2. Focus Group Discussion
Focus Group Discussion (FGD) merupakan metode penelitian di mana peneliti memilih orang-orang yang dianggap mewakili sejumlah publik yang berbeda. Misalnya, seorang Public Relations (PR) perusahaan ingin mengetahui opini publik tentang kebijakan baru perusahaan, PR bisa memilih orang yang dianggap mewakili karyawan, pimpinan dan lainnya. Mereka semua dikumpulkan dalam sebuah ruang diskusi yang dipimpin seorang moderator. Di forum diskusi inilah moderator mengeksplorasi opini dan pandangan-pandangan responden tentang kebijakan perusahaan. Dari sini kemudian moderator memiliki peran penting bagi suksesnya diskusi.
Peneliti dapat bertindak sebagai moderator atau mempercayakan kepada orang lain. Seorang moderator harus mempunyai kemampuan dalam penguasaan teknik wawancara, menjaga agar aliran diskusi terus berjalan, dan mampu bertindak sebagai wasit atau bahkan sebagai pembela yang menentang apa yang dianggap baik (devil's advocate). Selama proses diskusi akan lebih baik dilengkapi alat-alat perekam, sehingga membantu peneliti dalam analisis data. (Hariwijaya 2007: 72-73)
FGD memungkinkan peneliti mendapatkan data yang lengkap dari informan yang biasanya dijadikan landasan suatu program (pilot study). Pelaksanaan FGD juga relatif cepat, yang terlama adalah waktu rekruitmen informan. FGD juga memungkinkan peneliti lebih fleksibel dalam menentukan desain pertanyaan, sehingga bebas bertanya kepada informan sesuai dengan tujuan penelitian. Namun FGD relatif membutuhkan biaya yang cukup besar, bahkan dalam beberapa kasus, para informan mendapat selain konsumsi juga ‘uang lelah’ karena telah mengikuti diskusi.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik komunikasi langsung antara peneliti dan sampel. Berdasarkan tujuannya wawancara dibedakan sebagai berikut.
# Wawancara Survei = bertujuan mencari data untuk suatu populasi tertentu.
# Wawancara Diagnostik = bertujuan mendiagnosis seseorang tentang masalah yang dihadapi.
Sebelum melaksanakan wawancara, perlu dibuat pedoman wawancara. Dalam penelitian pedoman wawancara dibedakan sebagaii berikut (Silalahi 2006: 288-289; Sudarso dalam Suyanto & Sutinah [ed] 2005: 55-56).
# Pedoman wawancara tidak berstruktur = pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar wawancara. Pewawancara harus dapat mengendalikan wawancara sehingga wawancara sesuai dengan garis besar pembicaraan yang telah dipersiapkan.
# Pedoman wawancara berstruktur = pedoman wawancara yang disusun secara terinci dengan membuat daftar pertanyaan yang akan diajukan.
Selain itu, dalam penelitian dikenal pula teknik wawancara-mendalam (Hariwijaya 2007: 73-74). Teknik ini biasanya melekat erat dengan penelitian kualitatif. Wawancara-mendalam merupakan metode penelitian di mana peneliti melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terus menerus untuk menggali informasi dari informan. Karena wawancara dilakukan lebih dari satu kali, maka disebut juga intensive interviews. Biasanya teknik ini menggunakan sampel terbatas, jika peneliti merasa data yang dibutuhkan sudah cukup maka tidak perlu mencari informan yang lain. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan alasan detail dari jawaban informan yang antara lain mencakup opininya, motivasinya, nilai-nilai ataupun pengalaman-pengalamannya.
Dalam pelaksanaannya, teknik wawancara-mendalam membutuhkan waktu yang cukup lama agar diperoleh hasil wawancara yang valid dan mendalam serta fokus pada tujuan penelitian dan permasalahan yang diangkat. Biasanya teknik ini dikombinasikan dengan teknik observasi partisipan. Wawancara-mendalam dan observasi partisipan merupakan wujud pendekatan konstruktivis, yaitu menganggap bahwa realitas ada dalam pikiran subyek yang diteliti.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti untuk menjadi pewawancara yang baik (Moser & Kalton dalam Musta’in Mashud dalam Bagong & Sutinah 2005: 76), yaitu:
# Jujur = seorang peneliti harus memiliki kualifikasi menuliskan/melaporkan hasil wawancara sebagaimana mestinya dan tidak memanipulasi hasil wawancara.
# Mempunyai minat = peneliti yang bertindak sebagai pewawancara harus memiliki minat terhadap topik yang akan menjadi bahan wawancara dengan informan. Untuk itu, peneliti harus menetapkan dari awal bahwa wawancara merupakan metode penting bagi hasil akhir dalam menuliskan laporan penelitiannya. Terlebih wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang ia pilih untuk memperoleh data yang pada akhirnya akan ia gunakan sebagai dasar menjawab permasalah yang ia angkat dalam penelitiannya. Jika peneliti tidak memiliki minat, maka wawancara tidak akan berlangsung baik dan lancar. Dan ini akan berpengaruh terhadap proses penelitian yang ia lakukan.
# Berkepribadian dan tempramen = seorang pewawancara harus memiliki sikap yang luwes dan fleksibel serta tidak tempramental yang mudah emosi ketika mewawancarai informan yang mungkin mengeluarkan pernyataan yang menurut anggapan peneliti tidak/kurang layak. Selain itu, pewawancara harus berperilaku tidak berlebihan (overacting).
# Adaptif = perilaku menyesuaikan diri merupakan hal penting dalam melakukan wawancara yang harus diperhatikan pewawancara. Kebiasaan atau adat istiadat masyarakat setempat dimana penelitian dilakukan harus menjadi pertimbangan peneliti dalam berperilaku selama ia melakukan wawancara, sehingga wawancara terlaksana secara kondusif.
# Akurasi = sikap disiplin harus menjadi perhatian pewawancara, sehingga wawancara dapat dilakukan dengan cermat dan akurat. Pedoman kerja yang telah dibuat harus secara konsekuen dilaksanakan dalam proses wawancara. Dengan ini, maka pencatatan hasil wawancara dapat dilakukan secara cermat dan akurat pula.
# Berpendidikan = dalam artian bahwa pewawancara harus memiliki keterampilan dan teknik yang dapat membuat informan mengerti apa yang ditanyakan pewawancara, sehingga informan mudah menjawabnya. Pemakaian bahasa yang luwes sesuai dengan tingkat pendidikan informan dalam menyampaikan sejumlah pertanyaan dapat memfasilitasi proses wawancara berjalan dengan baik.
4. Bahan Pustaka
Bahan pustaka merupakan teknik pengumpulan data melalui teks-teks tertulis maupun soft-copy edition, seperti buku, ebook, artikel-artikel dalam majalah, surat kabar, buletin, jurnal, laporan atau arsip organisasi, makalah, publikasi pemerintah, dan lain-lain. Bahan pustaka yang berupa soft-copy edition biasanya diperoleh dari sumber-sumber internet yang dapat diakses secara online.
Pengumpulan data melalui bahan pustaka menjadi bagian yang penting dalam penelitian ketika peneliti memutuskan untuk melakukan kajian pustaka dalam menjawab rumusan masalahnya. Pendekatan studi pustaka sangat umum dilakukan dalam penelitian karena peneliti tak perlu mencari data dengan terjun langsung ke lapangan tapi cukup mengumpulkan dan menganalisis data yang tersedia dalam pustaka. Selain itu, pengumpulan data melalui studi pustaka merupakan wujud bahwa telah banyak laporan penelitian yang dituliskan dalam bentuk buku, jurnal, publikasi dan lain-lain. Sehingga hasil laporan penelitian itu akan menjadi data lebih lanjut yang dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut pula. Dengan demikian, studi pustaka sangat tergantung pada penulisan hasil laporan atau fenomena yang ada dalam masyarakat diungkapkan melalui teks tertulis. Semakin banyak laporan penelitian maupun ‘printed phenomenons’ maka semakin kaya pula data yang tersedia dalam studi pustaka. Dengan begitu, penelitian akan mudah dilakukan dalam rentang waktu yang singkat karena data yang diperlukan mudah didapat peneliti.
Hal penting dalam teknik ini adalah peneliti harus mencantumkan sumber yang ia dapat dalam bentuk sistem referensi yang terstandardisasi. Sehingga, darimana data itu diperoleh akan jelas dan mudah untuk croscheck ulang.
5. Angket/Kuisoner
Angket merupakan suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis oleh responden. Angket dapat disebut sebagai wawancara tertulis karena peneliti tidak perlu bertatap muka dengan responden. Namun, diperlukan pengertian dan kerjasama dari responden agar membantu mengisi angket secara objektif.
Jenis-jenis pertanyaan pada angket dibedakan menjadi dua (Silalahi 2006: 273-275), yaitu:
# Pertanyaan Tertutup = semua pertanyaan yang diajukan sudah ada alternatif jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
# Pertanyaan Terbuka = kemungkinan jawaban dari pertanyaan dalam angket tidak ditentukan dan responden bebas memberikan jawaban.
Langkah-langkah penyusunan angket, yaitu:
# menentukan tujuan kuesioner;
# menentukan variabel yang akan digunakan;
# menentukan jenis-jenis bahan atau jawaban yang diperlukan.untuk setiap variabel;
# menentukan jenis data yang akan dikumpulkan.
Keuntungan teknik angket adalah:
# tidak memerlukan hadirnya peneliti karena dapat dikirim melalui pos;
# dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden;
# dapat dijawab oleh responden menurut kesempatan dan waktu yang tersedia;
# dapat dibuat anonim (tidak disebutkan identitasnya) sehingga responden dapat menjawab secara jujur dan objektif;
# bersifat standar sehingga semua responden mendapatkan pertanyaan yang sama.
6. T e s
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Jika ditinjau dari sasaran atau objek yang akan dievaluasi, tes dibedakan sebagai berikut (Rohman 2004: 20).
# Tes kepribadian (personality test) = tes yang digunakan untuk mengungkapkan kepribadian seseorang. Hal yang diukur antara lain kreativitas dan kedisiplinan.
# Tes bakat (aptitude test) = tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat/potensi seseorang.
# Tes intelegensi (Intelegence test) = tes yang digunakan untuk mengadakan perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.
# Tes sikap (attitude test) = tes yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.
# Tes minat (measure of interest) = tes yang digunakan untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu.
# Tes prestasi (achievement test) = tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
Dari penjelasan di atas, pemilihan akan teknik pengumpulan data yang tepat adalah bergantung pada peneliti untuk melakukan penelitiannya. Tentunya, hal itu harus disesuaikan dengan pendekatan penelitian yang ia gunakan (kualitatif atau kuantitatif) dan jenis rumusan permasalahan yang ia buat. Setidaknya, dua hal tersebut dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih teknik pengumpulan data. Berbagai pilihan pengumpulan data dapat ia ambil sebagai bagian dari proses penelitian guna mendapatkan data yang valid yang akan dijadikan dasar dalam menjawab rumusan permasalahan yang diajukan -tentunya melalui proses pengolahan dan analisis data lebih lanjut.
0 comments:
Post a Comment