.
.
.
.
.

The Philosophy of Research

Posted by Edy Jayakarya

By: M. Edy Sentosa Jk.

print this page Print this article

# Positivisme :

Positivisme berakar dari pemikiran Aguste Comte yang menginginkan diterapkannya kaidah-kaidah empiris dan ilmiah dalam setiap aspek penelitian dalam ilmu social sehingga dihasilkan sebuah kaidah-kaidah hukum umum (ilmiah/abstrak) mengenai perilaku manusia. Dari kaidah hukum umum tersebut dapat dijadikan dasar eksplanasi yang memiliki objektifitas berdasarkan pada fakta empiris dan terpisah dari asumsi-asumsi nilai (subjektifitas) belaka. Comte menganggap manusia memiliki daya nalar yang dapat dijadikan sebagai pondasi dalam menemukan pengetahuan tentang dunianya. Hal ini telah mempengaruhi pembedaan antara das sein dan das sollen, seperti yang diungkapkan Arnold Kitz bahwa sesuatu ada bukan berarti seharusnya ada, tapi lebih pada sesuatu tersebut pernah dan/atau akan ada (Varma 2007: 119-120). Dasar inilah yang kemudian membuat kerangka ilmu sosial lebih menunjukkan dan hanya menjelaskan pada fakta-fakta yang terjadi dilapangan yang didapat melalui pengumpulan data dengan prosedur ilmiah. Positivisme menganggap bahwa dalam menganalisis dan menjelaskan sebuah peristiwa atau fenomena harus didasarkan pada fakta itu sendiri dengan menimbang data-data yang telah didapat, bukan berdasar pada pertimbangan nilai yang ada. Pertimbangan nilai akan berdampak pada semakin menjauhkan makna realitas itu sendiri secara alamiah, selain bahwa nilai-nilai tersebut tidak dapat dijelaskan secara ilmiah–setidaknya menurut pemikiran positivis (Jackson & Sorensen 1998: 60).

Hal mendasar dari positivisme adalah berusaha memformulasikan hukum ilmiah dalam ilmu sosial seperti halnya ilmu eksakta (hard science). Untuk itu, Jonathan Turner (dalam Ritzer & Goodman 2003: 20) menyatakan bahwa “semesta sosial menerima perkembangan hukum-hukum abstrak yang dapat diuji melalui pengumpulan data yang hati-hati” dan “hukum abstrak itu dapat menunjukkan kandungan mendasar dan umum dari semesta sosial, dan akan menspesifikasikan ‘relasi naturalnya’.” Hal ini telah memunculkan metodologi baru dalam mempelajari ilmu sosial yang hampir mendekati metodologi hard science, termasuk ilmu hubungan internasional yang lahir pasca PD I. Pengumpulan data empiris yang signifikan merupakan proses penting yang kemudian berguna untuk pengukuran, klasifikasi, generalisasi, sampai akhirnya perumusan hipotesis, dan pengajuan dan/atau pengujian sebuah teori. Melalui titik ini segala sesuatu yang terdapat dalam dunia sosial dapat diukur dengan menggunakan metodologi ilmiah. Pada akhirnya, verifikasi merupakan hal yang tak terpisah dalam proses ilmiah sebagai wujud menuju kebenaran, dimana kebenaran tersebut diperoleh dari fakta empiris. Dengan demikian, kebenaran yang dihasilkan dari fakta empiris bersifat holistik dan probalistik (Widoyoko 2008). Setidaknya terdapat beberapa sifat dasar yang melekat erat dalam ilmu sosial menurut kaum positivis: regularitas, teknik, verifikasi, bebas nilai, sistematisasi, ilmu murni, kuantifikasi, dan integrasi (P.Y. Nur Indro dalam Hermawan (ed) 2007: 269-272).

# Relativisme :

Relativisme berpadigma bahwa realitas atau fakta social dapat diinterpretasikan secara berbeda berdasarkan pengalaman dan sudut pandang (persepsi) kita, sehingga dalam setiap aspek kehidupan memiliki tingkat kebenaran yang relatif terbatas pada bagaimana kita menafsirkan atau menginterpretasikan fakta sosial tersebut. Dinamika yang terjadi dalam paradigma keilmuan menunjukkan bahwa persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta kepercayaan masayarakat telah berubah. Sehingga dinamika tersebut terjadi bukan karena dunia itu berubah dengan sendirinya. Untuk itu, pengetahuan yang kita peroleh tidak seutuhnya secara definitif mendeskripsikan realitas tersebut, karena pemahaman dan pemaknaan akan realitas (external reality), menurut relativist, sangatlah individual (uniquely individual). Selain itu, tak selamanya apa yang kita lihat seperti apa adanya, terkadang keyakinan kita akan sesuatu dapat mengelabui pemahaman dan pemaknaan kita. Relativist menganggap bahwa kita memerlukan sebuah formula murni (neat formula)[1] yang dapat memahami dan menjelaskan fenomena yang begitu not simple as it is. Dari situ bahwa relativist menolak adanya generalisasi sesuatu, terlebih membuat prediksi dari generalisasi tersebut walaupun menggunakan kondisi yang sama (Walliman 2005: 55-57).

Metode scientific, bagi relativist belum bisa menjembatani inkonsistensi, konflik, kepercayaan, gagasan, dan perasaan yang terdapat dalam realitas sosial. Terlebih apa yang dinamakan scientific research, belum bisa menggeser posisi mindset masyarakat mengenai kepercayaan mereka akan realitas di dunia ini. Keyakinan bahwa bumi adalah pusat alam semesta menjadi paradigma berpikir dan mindset masyarakat kala itu, walaupun terdapat gagasan yang menentang paradigma tersebut, seperti yang diajukan Galilei. Usaha-usaha scientific yang dilakukan kaum positivis dapat juga terdistorsi oleh kepentingan diluar scientific way tersebut (Walliman 2005: 57). Nampaknya, relativisme tetap mengindahkan not free value dalam menafsirkan dan menjelaskan realitas/fakta sosial. Hal mendasar bagi relativisme adalah bagaimana kita bisa menafsirkan makna dan perasaan seseorang (fakta sosial) ketika kita bukan bagian dari tatanan masyarakat setempat yang memiliki tata nilai yang beda.

# Rekonsiliasionism :

Rekonsiliasionisme merupakan “jalan tengah” untuk menjembatani paradigma positivisme dan relativisme. Pada dasarnya rekonsialist beranggapan bahwa kita dapat mengetahui sesuatu dengan derajat kebenaran yang pasti dan oleh karena itu dimungkinkan membuat prediksi berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh. Namun, kita tidak boleh meniadakan “kekurangan” (complications and failings) yang terdapat dalam kapasitas manusia untuk memperoleh kebenaran pasti dan prediksi. Seperti yang diungkapkan Roy Bhaskar (dalam Walliman 2005: 58) bahwa dalam dunia scientific terdapat formasi strata yang menunjukkan adanya derajat penyelidikan scientific secara keseluruhan, dimana setiap tingkatan (layer) scientific akan melengkapi pondasi scientific yang lain sehingga lebih kompleks. Sehingga tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan hukum-hukum ilmiah bidang studi tertentu untuk diterapkan dalam bidang studi lainnya, dengan catatan bahwa setiap bidang studi tentunya memiliki hukum tersendiri yang lebih “unik” dari bidang studi yang lain. Atas dasar hal tersebut, maka rekonsialist berpandangan, dalam dunia keilmuan pasti terdapat kesalingterhubungan yang kompleks dimana ilmu yang satu dapat “menunjang” pondasi ilmu yang lainnya. Oleh karena itu, penjelasan rekonsialist sering disebut juga sistem stratifikasi ilmu.


Note:
# Hal mendasar yang membedakan ketiga filsafat penelitian tersebut adalah; positivist berpendapat bahwa realitas sosial pada dasarnya dapat dikuantifikasi sama halnya dengan hard science; sementara relativist menyatakan bahwa tidak semua realitas sosial tersebut dapat dikuantifikasi layaknya hard science; dan menanggapi kaum positivist dan relativist tersebut maka rekonsialis menganggap, dalam realitas sosial ada hal-hal yang bisa dikuantifikasi dan tidak/kurang bisa dikuantifikasi. Tak heran jika rekonsialis disebut "jalan tengah."

# Posisi Positivisme dalam ilmu sosial masih menjadi mainstream atas dasar sebagai peletak metodologi ilmiah dalam ilmu sosial. Sciencetific research merupakan hal mendasar dalam memperoleh pengetahuan dan informasi mengenai manusia dan struktur sosial.

# Ajaran Positivisme : [*] social research must go to the people [**] gaining knowledge and information about people and sosial structure requires tool or precision instrument to research.

# Perkembangan "hukum tiga tingkatan" Comte












[1] Neat formula diperlukan untuk menghindari simplifikasi dan/atau oversimplifikasi yang “sering” dilakukan positivist.

0 comments:

.
|*|:::...Thank for Your Visiting...:::|*|:::...Gracias por Su Visita...:::|*|:::...Danke für Ihren Besuch...:::|*|:::...Dank voor Uw Bezoek...:::|*|:::...Merci pour votre visite...:::|*|:::...Grazie per la Vostra Visita...:::|*|:::...Agradeço a Sua Visita...:::|*|:::...Için Tesekkür Senin Konuk...:::|*|:::...شكرا لجهودكم الزائرين...:::|*|:::...Спасибо за Ваш визит...:::|*|:::...Подякуйте за ваш відвідуючий...:::|*|:::...Terima Kasih Atas Kunjungan Anda...:::|*|:::...|* [Copyright © 2008 M. Edy Sentosa Jk. on http://theglobalgenerations.blogspot.com]*|...:::|*|
.
.